Bagi Jepang yang merupakan negara yang relatif kecil, menemukan sebuah fosil dinosaurus tidak semudah tempat lain seperti negara tetangganya, China. Oleh karenanya, penemuan seperti ini akan selalu menjadi suguhan istimewa ketika digali.

Prefektur Fukui adalah salah satu tempat di mana sisa-sisa dinosaurus ditemukan, dan itu menjadi alasan mengapa Prefektur tersebut mendekorasi salah satu stasiunnya dengan gaya ala Jurassic, serta mendirikan museum paleontologi yang terkemuka.

Pada waktu yang hampir bersamaan, pada Mei 2004, seorang pemburu fosil amatir bernama Shingo Kishimoto, menemukan spesimen menarik di Kota Sumoto di Pulau Awaji, bagian dari Prefektur Hyogo. Fosil itu berada di lapisan batuan yang berasal dari periode Cretaceous akhir, sekitar 72 juta tahun yang lalu.

Penemuan ini lalu, ditindak lanjuti Museum Alam dan Aktivitas Manusia yang berada di dekat lokasi dengan melakukan survei penuh di daerah tersebut, yang akhirnya menemukan 22 fosil lainnya. Fosil-fosil tersebut kemudian diserahkan kepada ahli paleontologi, Profesor Yoshitsugu Kobayashi dari Museum Universitas Hokkaido. Setelah menganalisisnya dengan cermat, ia menyatakan bahwa fosil tersebut adalah bagian rahang spesies baru yang berasal dari keluarga Hadrosauridae.

Hadrosauride adalah keluarga dinosaurus herbivora yang terkenal dengan bentuk mirip paruh bebek di bagian moncongnya. Keluarga dinosaurus itu dikatakan berkembang biak selama periode Cretaceous akhir, dan spesies baru yang ditemukan ini diyakini merupakan evolusi dari keluarga dinasaurus Hadrosauride, berdasarkan pada susunan unik dari fragmen tulang rahang ini.

Pada akhirnya, nama yang diberikan kepada binatang yang sudah lama punah ini ialahย Yamatosaurus Izanagii.

“Yamato” adalah nama dari pusat kuno Jepang, dan pada akhirnya mengacu pada seluruh negara Jepang itu sendiri. Sedangkan “Izanagi” adalah nama salah satu dewa penciptaan dalam mitologi Jepang kuno yang berkaitan dengan pulau di Jepang termasuk Pulau Awaji.

Yamatosaurus izanagii diperkirakan memiliki berat antara empat hingga enam ton, dan memiliki panjang sekitar 7,5 meter (25 kaki). Profesor Kobayashi percaya lokasi fosil di daerah pantai dapat membantu menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap evolusi pada spesies ini.

Fosil-fosil bersejarah ini akan dipamerkan di Museum Alam dan Aktivitas Manusia mulai tanggal 12 Mei.

Sumber : SoraNews24

startrik

[Review] Shadows House – Episode 4

Previous article

Film Baru Argonavis from BanG Dream! Akan Dibuka pada Musim Panas 2022; Film Kompilasi Akan Dibuka pada Musim Gugur

Next article

Comments

More in News

You may also like