Halo sobat Wibumesta. Sudah sekitar satu minggu saya tidak menulis artikel simak karena tidak ada ide. Tapi, kali ini saya akan sedikit membahas poin-poin menarik yang ada dalam novel ringan Genjitsushugisha no Oukokukaizouki (A Realist Hero’s Kingdom Reconstruction Chronicle).

Novel yang ditulis Dojyomaru dan diilustrasikan oleh Fuyuyuki ini terbit pada 2016 oleh Overlap Bunko. Selain itu, ada pula adaptasi manga oleh Ueda Satoshi dan anime-nya yang masing-masing rilis pada tahun 2017 dan 2021 musim ini.

Cerita serial ini berfokus pada Souma Kazuya yang menjadi raja, setelah di-summon ke isekai. Ia pun dituntut untuk memajukan dan menyelamatkan Kerajaan Elfrieden yang hampir masuk ke dalam krisis besar. Beruntung dengan latar belakang dan pemikirannya yang realistis, ia dan rekan-rekannya berhasil mencapai tujuan itu, meski masih butuh waktu lama bagi Souma untuk menuntaskan masa jabatannya.

Nah, poin-poin yang akan saya bahas meliputi :
1. Inovasi dari Teori Masa Lalu
2. Hukum dibawah Rezim Souma
3. Penelitian-Penelitian Rasional
4. Agama Negara

Sebelum masuk keinti pembahasan, ingatlah bahwa mungkin saja pada tulis saya terdapat kesalahan atau kekurangan. Jika hal itu terjadi saya mohon kritik dan maaf.

Baca juga: [Review] Manga Sore wa rei no Shiwaza desu : Peran Hantu dalam Kisah Romantis

 

• Inovasi dari Teori Masa Lalu

Masa lalu merupakan hal yang tidak boleh kita lupakan, namun disaat bersamaan kita tidak boleh terus terlarut di dalamnya. Dari masa lalu itu terciptalah sejarah yang merupakan cambuk, dan dengan itu kita dapat mempelajarinya untuk masa sekarang ataupun masa depan. Hal tersebut juga diimplementasikan oleh Raja Souma, sang tokoh utama dalam novel Genjitsushugisha no Oukokukaizouki.

Souma bukan hanya mengandalkan pemikiran dirinya maupun bawahannya, tetapi juga potongan masa lalu dari dunia asalnya yang relevansinya kurang lebih sama dengan masalah yang ia hadapi. Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan penting dari kebijakan-kebijakan dan inovasi-inovasi Souma.

Misalnya, Souma seringkali menggunakan referensi dari tokoh yang berasal dari masa lalu seperti Machiavelli dan Sun Tzu. Dikesempatan yang lain, saat Souma mempertimbangan untuk masuk dalam aliansi “Deklarasi Kemanusiaan”, ia merasa bahwa aliansi ini memiliki celah yang sama dengan “Pakta Helsinki”. Pakta Helsinki ini dibuat untuk menghindari konflik di benua Eropa, namun hal tersebut malah membuat negara-negara Eropa lepas tangan dalam konflik perpecahan di Yugoslavia. Fakta tersebutlah yang membuat Souma menolak tawaran Kekaisaran dalam aliansi tersebut.

Ada juga ‘sihir’ yang tak jarang menjadi alasan umum untuk menutupi ketidaktahuan akan suatu alat atau peristiwa yang ada di dunia isekai, tempat Souma tinggali saat ini. Padahal menurut Souma ada jawaban yang lebih rasional dan realistis. Pada akhirnya, hal tersebut membuatnya ingat pada peneliti-peneliti masa lalu yang seringkali teorinya ditolak atas dalih sesuatu, terutama agama. Pemikiran itulah yang mendorong Souma untuk mengadakan penelitian-penelitian ilmiah di negaranya.

 

• Hukum dibawah Rezim Souma

Dibawah kekuasaan Raja Souma, Kerajaan Elfrieden yang sekarang bernama Kerajaan Friedonia setelah penggabungan dengan Amidonia, terbilang cukup stabil. Kondisi ini didukung dengan program reformasi yang Souma jalankan dalam segala aspek kenegaraan, termasuk tatanan hukum yang lebih tegas.

Sikap tegas ini dibuktikan dengan keberanian Souma untuk mengeksekusi para pejabat, dan prajuri kerajaan, bahkan bangsawan berpengaruh sekalipun sesuai dengan apa yang mereka langgar. Praktek KKN yang menggrogoti Kerajaan Elfrieden dibawah pemimpin sebelumnya, membuat Raja Souma diawal kepemimpinannya membuat kebijakan untuk mendepak para pelaku ini. Souma tidak takut akan konsekuensi yang diarahkan kepadanya, dan bahkan menindak mereka semua agar tunduk dengan hukum sekaligus menjadikan pelajaran bagi masyarakat di Kerajaannya.

Sepertinya kebijakan ini akan sulit diterapkan di dunia nyata, mengingat Souma yang dari awal tidak memiliki koalisi atau dukungan yang membuatnya menjadi seorang raja. Posisi yang independen inilah yang membuatnya mudah melakuakn manuver politik. Namun, salahkah jika suatu negara sedikit lebih tegas dalam menegakkan hukum?

 

• Penelitian-Penelitian Rasional

Genjitsushugisha no Oukokukaizouki-II

Ginya seorang peneliti yang merupakan penemu teknologi Mechandra dan Susumu-kun • Mark V. Ilustrasi oleh Fuyuyuki

Seperti yang sebelumnya saya tulis, bahwa Souma terus mendorong akan adanya suatu penelitian-penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan sesuatu dengan lebih rasional. Menurut Souma dengan adanya penjelasan yang lebih masuk akal, inovasi teknologi akan lebih meningkat dan ini akan menambah kesejahteraan rakyat.

Souma terus berusaha untuk mencari orang-orang berbakat, termasuk didalamnya para peneliti terpelajar. Souma bahkan dikenal sebagai orang yang “gila dalam mencari orang berbakat”. Meski demikian pemikiran yang seperti ini menunjukkan betapa realistisnya Souma dalam melihat keadaan.

Dengan kemajuan dalam bidang penelitian ini, ia berharap akan kemajuan teknologi yang membuat negaranya menjadi digdaya, termasuk dalam sektor pertahanan negara. Kemajuan teknologi ini juga akan terus berkelanjutan dan dapat mengatasi suatu masalah dengan cepat dan tepat.

 

• Agama Negara

Genjitsushugisha no Oukokukaizouki-I

Mery seorang ‘Gadis Suci’ dari Kekaisaran Ortodoks Lunaria yang melakukan negosiasi dengan Souma mewakili Kekaisaran Lunaria. Ilustrasi oleh Fuyuyuki

Saat perwakilan dari Kerajaan Ortodoks Lunaria datang menemui Souma untuk menawarkan sebuah negosiasi yang berisi keinginan untuk menjadikan agama Lunaria sebagai agama negara, Souma tidak menolak, tetapi tidak menerima sepenuhnya. Dengan mempertimbakan keuntungan dan kerugian, Souma memutuskan untuk memilih jalur tengan yaitu, mengumumkan ‘agama negara’ yang didalamnya ada bermacam-macam agama.

Menurut pandangan saya, Souma cenderung tidak menyukai percampuran agama yang suci dengan politik yang kotor. Hal ini dibuktikan dengan keenganannya menerima tawaran Kekaisaran Ortodoks Lunaria yang menginginkan agar agama Lunaria dijadikan sebagai agama utama dalam Kerajaan Friedonia.

Kerajaan Friedonia yang rakyatnya multirasial menyebabkan banyak perbedaan latar belakang, termasuk dalam hal kepercayaan. Dengan kondisi yang seperti itu, pasti akan terjadi kekacauan antar umat beragama, jika Souma menyetujui sepenuhnya. Sebaliknya, ia juga tidak menolak, karena takut jika Kekaisaran Ortodoks Lunaria akan mempengaruhi sebagian rakyat Kerajaan Friedonia yang menganut agama Lunaria untuk memberontak.

Oleh karena itu, Souma lebih kepada sikap tengah dengan mempersilakan rakyatnya untuk menganut agama apapun asal terdaftar secara resmi, ataupun tidak mengatut agama apapun. Ia juga menekankan akan toleransi antar umat beragama, dan memperbolehkan individu manapun untuk ikut bersenang-senang dalam acara festival atau hari besar agama apapun, jika mereka mau. Itulah awal dari konsep ‘negara agama’ yang Souma maksud.

Itulah sedikit poin yang ingin saya bahas. Meskipun masih banyak poin yang menarik lainnya, mungkin saya akan sambung di part 2(?). Jika kalian ingin membaca novel tersebut kalian bisa baca disini. Jangan lupa juga untuk tetap dukung penulisnya dengan membeli novel tersebut, jika dijual di toko buku dareah kalian atau beli disini.

Akhir kata, sekian dan terima kasih.

startrik

[Review] Kanojo mo Kanojo – Episode 8 & 9

Previous article

[Review] Tantei wa Mou, Shindeiru – Episode 9

Next article

Comments

More in Novel

You may also like